Tuesday, July 1, 2008

MENUNTUT ILMU

DIK...!! IZINKAN AKU MENGARUNGI SAMUDERA ILMU , BOLEH YA..???

Beberapa hari yang lalu, Aku diskusi dengan sahabatku. Dia mengatakan kepadaku begini: “ Mas Zaki! Teman-temanku itu sudah banyak yang S2, Lha aku sendiri belum,besok kalau udah lulus aku mau sekolah S2 juga”. Subhanallah,, anak ini berhentinya sekolahnya sampai kapan Aku tahu beliau yang satu ini memang semangatnya dalam tholabul ‘ilmi besar sekali. Beliau bahkan menempatkan sekolah di prioritas pertama sebelum yang lainnya. Kalau ditanya soal nikah pasti jawabnya : “ Jodoh saya sudah ada di lauhul mahfudz”. Wuih!!! Jawaban yang diplomatis dan cantik sekali. Semangat belajar yang tinggi dan kegemaran membaca yang di luar nalar sehatku ( nalarku yang pemalas hehehehe……!!!!!!!!!!!). Sahabat ini senang sekali menyambung tali persaudaraan dengan hadiah buku. Umumnya manusia, milih aktivitas yang bersifat hura-hura (mis : nonton, makan, jalan-jalan) atau ngasih sesuatu yang lain aja.. Karena kita sering membuat dikotomi belajar dan bermain.

Seorang anak manusia dalam menyikapi pendidikan paska lulus SMU sangat beragam. Karena saat itulah titik persimpangan seorang remaja menuju masa depan. Karena pendidikan bukan sebuah kewajiban atau paksaan lagi ( menurutku, catet !!! ). Pendidikan adalah pilihan buat mereka. Maka ada empat jenis manusia dalam menyikapi terhadap masa depan ( pendidikan / uang ). Antara lain :

  1. Menuntut Ilmu itu tidak penting dan cari uang itu tidak perlu.

Inilah jenus manusia yang paling sial di dunia. Dia tipe manusia yang bodoh dan tidak tahu diri. Makhluk yang akan menjadi parasit dengan sesamanya , lebih merugikan daripada tumbuhan benalu sekalipun. Karena benalu kadang-kadang indah untuk dipandang sedangkan tipe manusia ini sama sekali tidak enak dipandang dan apalagi diajak berjalan beriringan seperti seorang anak muda yang menggandeng sang kekasihnya.

Manusia yag sangat tidak tahu diri karena merasa sombong dengan kekayaan orang tuanya. Seakan-akan kekayaan orang tuanya mampu menopang dia dan tujuh turunannnya tanpa bekerja. Atau, jika dia termasuk golongan papa maka lebih tidak tahu diri lagi. Seakan-akan makanan, kebutuhan dan kesenangan dunia akan turun dari langit sperti turunnya hujan ditengah-tengah teriknya matahari. Dia menjadi seorang utopis akut yang bermimpi di siang bolong memenangkan lotere senilai milyaran dolar.

  1. Menuntut Ilmu itu tidak penting yang penting cari duit

Manusia jenis ini biasanya pragmatis sekali. Mereka tidak menyukai hal berbau basa-basi atau to the point dan benci yang bertele-tele. Ini terjadi mungkin karena merasa tidak mau mikir lagi seperti di sekolah lagi atau kondisi keuangan .Pola pikir ini dibentuk karena berbagai faktor seperti keluarga, lingkungan masyarakat, buku bacaan dan obsesi. (Inget, waktu kita masih kecil suka punya cita-cita dan seiring bertambah usia maka kata “cita-cita” terasa kanak-kanak dan berevolusi menjadi OBSESI.). Inget nggak kalau kita “ sering berargumentasi kalau BILL GATES aja nggak selesai kuliah saja bias sukses berarti kita tidak harus sekolah untuk sukses”. Argumen bisa saja benar tetapi sekaligus menyesatkan. Karena BILL GATES itu berhenti sekolah namun tidak pernah berhenti belajar.

BIIL GATES memutuskan keluar dari Universitas karena dia merasa tidak akan mencapai obsesinya jika tetap kuliah. Tujuannya adalah menjadi pengusaha industri software di usia 24 tahun jika tetap kuliah. Padahal usia sudah menginjak awal 20 tahun. BILL GATES sudah merintis usahanya di masa remajanya. Saat teman-teman masih bermain-main , dia sudah memikirkan bagaimana membuat imperium bisnis yang dimilikinya. Sekolah sudah tidak mampu lagi menampung hasrat dan kecerdasannya. Dia setelah “Drop Out”, BILL GATES terus bergerak untuk mewujudkan keinginannya sampai dengan usia 32 tahun menjadi orang terkaya termuda di dunia. Ini yang disebut OBSESI KESAMPAIAN. Orang tipe seperti ini sudah Extra Ordinary. Sekolah sudah terasa padang yang gersang bagi Tipe manusia ini. Jadinya…!!!! tidak puas belajar di sekolah. Mending nggak sekolah tapi belajar sendiri lebih memuaskan. Ini aku sebut “Manusia Tipe 2-A” ( Excellent)’

Manusia Tipe 2-A adalah manusia yang memahami sekolah mempunyai makna yang luas tidak dibatasi oleh sekat-sekat ruangan, buku pelajaran dan serangkaian kurikulum. Manusia jenis ini akan belajar dimana saja, kapan saja dan dari mana saja sumbernya. Dia akan belajar dari orang lain, alam, buku atau gejala alam. Manusia tipe ini biasa akan menjadi seorang pembelajar sejati yang akan selalu akan belajar sampai mati ( Long Lasting Education ) tetapi tidak mau terikat dengan sebuah lembaga / aturan formal. Agak Liar kalau bahasa kampungnya.

Lha, kalo kita tidak sekolah alasannya apa? Sudah nggak kuat lagi sekolah, bosen ingin santai atau malas. Ini jenis “Manusia Tipe 1-F” . Manusia Tipe 1-F masih lumayan karena masih mempunyai semangat mencari rezeki. Dia adalah tipe manusia yang lebih menyukai kaya daripada pintar. Biasanya mereka yang bertipe hidupnya kaya tetapi terbatas. Keterbatasannya yaitu usaha bisnisnya tidak berkembang karena tidak mempunyai pengetahuan yang lebih luas dan cukup puas atas kekayaan yang dimilikinya. Rasa puas karena dia merasa sudah lebih kaya dan mapan daripada pegawai-pegawai kecil, tuan-tuan besar di perusahaan atau sang pamong praja yang hidup sebagai priyayi dengan menenteng gelar panjang. Mereka hidup dalam lingkaran kemisikinan bahkan ada yang dibawahnya.

  1. Menuntut Ilmu itu penting dan dapat seiring dengan cari uang

Kita mungkin sering mendengarkan tentang sekolah terbuka, SMP Terbuka atau SMA terbuka. Sekolah ini dibuka di siang hari dan berakhir di malam hari. Sekolah ini diisi oleh siswa yang mempunyai kesibukan di pagi harinya sehingga harus sekolah di siang hari. Kesibukan mereka bukan demonstrasi, nongkrong di mall atau sekedar neg-gossip seperti ibu-ibu di kampung. Mereka adalah para pahlawan keluarga, penyambung hidup dan tulang punggung keluarga atau minimal buat diri sendiri. Mereka adalah para pelajar yang harus bekerja mencari rezeki dari Allah Swt dengan cucuran keringat selain aktivitas belajar di sekolah.

Beberapa Universitas mempunyai program ekstensi di fakultas-fakultas tertentu, misal : Hukum, Ekonomi, Fisip dsb. Program ini mengadakan kelas perkuliahan di sore sampai dengan malam hari. Mahasiswanya didominasi oleh para pegawai negeri maupun swasta yang ingin meningkatkan derajat pendidikannya sehingga diharapkan memberi pengaruh terhadap peningkatan karier di kantornya. Wirausaha muda yang ingin meningkat pengetahuan tentang usaha yang sedang dijalankannya atau meningkat nilai dari dirinya sendiri juga antusias mengikuti sekolah ekstensi. Lulusan SMU yang dipaksa orang tuanya yang kaya raya untuk melanjutkan studinya padahal pikirannya hanya nongkrong, pacaran atau begadang dengan teman-temannya juga ikut menyemarakkan sekolah ini.

Segala kemudahan telah disediakan sehingga tidak alasan lagi untuk kita untuk tidak melanjutkan studi. Jangan sampai lahir kembali “Lintang” yang harus menggantungkan OBSESI-nya karena alasan ekonomi. “Lintang” telah menjadi mercu suar bagi LASKAR PELANGI dan selalu memberi penerangan serta jalan keluar. Lintang yang menjadi anomali bagi teori kemiskinan yang berbunyi “Kemiskinan berbanding lurus dengan kebodohan ”?????? ( Ini Kutipan dari ANDREA HIRATA dengan perubahan seperlunya) . Sayang sekali, Lintang harus pasrah terhadap putaran takdir setelah ayahnya meninggal maka dia wajib mengganti posisi ayahnya mencari makan untuk empat belas saudaranya, dua orang tua renta dan dua orang pemuda tak berdaya. Sungguh ironi di negeri yang konon kaya raya .Negeri yang kaya tetapi anehnya hanya memakmurkan segelintir manusia yang tak punya moral dan belas kasihan . “Ayam Mati di Lumbung Padi”. Ini adalah “Ironi Tak Termaafkan” bahkan oleh tujuh turunan sekalipun. ( Maaf ...!! Aku terbawa emosi ). Lintang adalah tokoh yang hadir di Novel LASKAR PELANGI yang ditulis ANDREA HIRATA. Novel yang diangkat dari kisah nyata tentang sekumpulan anak manusia yang berani bermimpi ditengah kesulitan hidup yang seakan-akan tak berujung pangkal. Tokoh Lintang ini adalah tokoh nyata bukan rekaan dari sang penulis maka aku sebut itu “IRONI TAK TERMAAFKAN”.

Segala Instrumen pendidikan sudah terhampar luas di hadapan kita. Tak ada alasan bagi kita menghindari. Akan Tetapi, jangan sampai dikotori ulah para opportunis sialan yang mengambil kesempatan untuk kepentingan pribadi sendiri. Opportunis yang menyamakan pendidikan dengan transaksi jual beli sapi, kambing atau ayam, “Bayar Uang Dapat Gelar”.

Pendidikan dan Bekerja dapat berjalan beriringan. Imam Abu Hanifah seorang Imam Madzhab bahkan seorang pedagang pula. Beliau sukses dalam dunia perdagangan namun juga berhasil berijtihad dalam berbagai masalah Dienul Islam. Manusia Tipe 2-A juga termasuk golongan ini. Anggotanya adalah para pengusaha besar yang tak kenal lelah belajar meskipun sudah cukup materi. Pengusaha dalam tingkatan nasional semisal : Purdi E Chandra ( Pemilik Grup Primagama ), Sukanto Tanoto ( Pemilik Grup Garuda mas).dsb

  1. Menuntut Ilmu penting sekali dengan totalitas

Tipe manusia sangat langka dan full dedicated. Prinsip manusia tipe ini adalah : Life for Study and Research. Mereka dengan sukarela meninggalkan segala sesuatu termasuk kesenangan dunia, harta, kehormatan bahkan keluarga, untuk menuntut ilmu. Para Mujtahid Islam rela melakukan perjalanan panjang untuk mempelajari sebuah Ilmu bahkan perjalanan itu menempuh ribuan kilometer menghabiskan waktu sangat panjang. Mereka diantaranya adalah : Imam Bukhori, Imam Syafi’i, Ibnu Qoyyim Al-Jauzy, Imam An-nawawi dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Imam Syafii diriwayatkan bahwa Beliau lahir di Gaza kemudian pindah ke Mekkah bersama sang Ibunda. Beliau menuntut ilmu disana kemudian pindah ke Madinah untuk berguru kepada Imam Malik ( pendiri Madzhab Maliki ) seterusnya pindah ke Irak dan seterusnya. Beliau belajar dari satu wilayah ke wilayah lain tanpa henti.

Semangat menuntut ilmu ini melebihi semangat para filosof Yunani dalam memecahkan berbagai masalah. Para Ulama diatas mempunyai kualifikasi yang tinggi dalam keilmuannya karena totalitas dalam belajar. Kitab Shahih Bukhari masih menjadi rujukan sampai saat ini. Tidak ada yang mampu menandingi otentisitas kitab ini sampai saat ini bahkan diakui oleh para cendekiawan barat sampai saat ini.

Bukhari-Muslim adalah icon ulama’ yang mempunyai totalitas belajar. Totalitas ini yang membawa kesuksesan beliau. Sampai sekrang bel;umada tandingannya. Para Orientalis sekalipun sangat mengakui kehebatan beliau.

Akhirnya, Kita sebagai manusia akan memilih yang akan menjadi pilihan kita. Sehingga seorang suami ternyata harus mengatakan kepada istrinya dengan lembut : DIK...!! IZINKAN AKU MENGARUNGI SAMUDERA ILMU , BOLEH YA..???”. Karena samudera ilmu sangat luas sehingga membutuhkan pengorbanan yang sangat besar jika kita benar-benar ingin mengarunginya karena sangat luasnya. Kecuali..., kita belajar untuk hanya sekedar tuntutan kantor, sertifikasi , renumerasi atau segala sesuatu yang membutuhkan formalitas belaka. Yah....!! kita tidak dapat apa-apa. Kita diakui bukan karena sekolah kita, asal kita, silsilah keluarga kita. Kita diakui karena kemampuan yang kita miliki. Karena itulah kejayaan akan langgeng.

Decision on Your Hand. What you think is What You’ll be.

Wallahu a’lam bi Showwab

1 comment:

Indra Satrio said...

kalau saya mas, saya adalah termasuk tipe yang, menuntut ilmu itu penting, dan menjemput (bukan mencari) uang (rezeki) itu penting juga.
Beribadah tanpa ilmu, bisa-bisa bid'ah.
Uang sangat penting untuk dijemput sebanyak-banyaknya, agar bisa beribadah (haji, sedekah, dll)