Saturday, August 16, 2008

Who Am I ?

WHO AM I ?

( Refleksi HUT Kemerdekaan RI ke 63 )


Judul tulisan diatas, aku ambil dari judul film yang dibintangi oleh Jackie Chan. Aktor laga yang menjunjung nilai orisinilitas dan professionalisme. Dia tidak pernah menggunakan stuntman dalam setiap aksinya. Dalam film ini, Dia berperan sebagai seorang tentara bayaran yang ditugaskan di belantara Afrika dan mengalami kecelakaan menyebabkan dia mengalami amnesia. Dia lupa segalanya seperti : nama, asal, pekerjaan dan keluarganya. Dia terusa mencari tahu siapa dirinya sebenarnya , yang diingatnya hanya potongan-potongan kejadian yang tidak saling berhubungan. Dia berjuang yang akhirnya menyadari siapa dirinya. Akhirnya, Dia dapat mengalahkan musuh-musuhnya Akhir cerita yang klise dari film Asia termasuk juga Film Indonesia.

. Beberapa hari yang lalu, Aku baru saja menyelesaikan membaca Novel LASKAR PELANGI. Novel ini menjadi buah bibir bagi setiap orang setelah Film AYAT-AYAT CINTA selesai diputar. Kehebohan ini menggelitik rasa ingin tahu yang berada di pusat otakku namun aku malas harus membeli karena bestseller sehingga harganya yang terlanjur mahal. Pucuk Dicinta Ulam Tiba, ada seorang mahasiswi yang baik hati meminjami Novel LASKAR PELANGI. Aku baca Novel itu . Isinya ternyata luarbiasa. Kisah perjuangan sepuluh anak yang luarbiasa dalam pencarian identitas diri.

Antara Jackie Chan dengan LASKAR PELANGI tidak hubungan sama sekali. Jackie Chan itu bintang flm Hongkong. Film “Who Am I “ mengambil setting di Afrika. Skenario ceritanya bagus dan didukung penggarapan film yang sangat professional sehingga film yang dihasilkan bagus. Efek yang didapatkan yaitu “BOX OFFICE”. Dua kata yang menjadi mantera sakti bagi sutradara dan produsernya karena jaminan balik modal dan keuntungan secara materi. Sedangkan, LASKAR PELANGI adalah cerita asli dari P Belitong ( wilayah Indonesia juga ya ? ). LASKAR PELANGI mengambil setting di P Belitong. Pulau yang kaya akan timah tetapi penduduknya miskin di tengah-tengah “Istana Bergantung” PN Timah. Tokohnya cuma segerombolan anak ingusan yang miskin dan dekil namun mempunyai keberanian bermimpi untuk masa depannya. Segerombolan anak petualang hebat dengan karakter yang kuat dan telah mengetahui siapa dirinya dan mau jadi apa di tengah-tengah kesulitan hidup yang mendera.

Benang Merah diantara keduanya yaitu JATIDIRI. Film “WHO AM I” menceritakan perjuangan seorang penderita Amnesia. LASKAR PELANGI menceritakan perjalanan hidup sekelompok anak yang mencari jatidirinya dan menentukan pilihan hidup di masa depan. JATIDIRI adalah kata yang suci dan sakral. Alangkah menderitanya bagi manusia yang kehilangan jatidirinya atau tak punya jatidiri. Dia akan selalu menjadi jajahan bagi orang lain. Ketakutan, minder dan kebimbangan selalu menghinggapinya. Dia akan menjadi sangat tidak percaya diri dan menjadi beban bagi orang lain. Seperti nenek moyang kita yang terjajah ratusan membawa dampak psikologis sangat besar. Kita menjadi bangsa inferior, pengekor dan tidak berani tampil beda. Negeri Belanda luas wilayah hanya seujung kuku Pulau Jawa telah menjajah Negeri Zamrud Khatulistiwa ratusan tahun lamanya. Karena mereka mempunyai jatidiri sehingga secara meyakinkan dan percaya diri mampu menjajah kita secara mutlak. Kita sering kalah sebelum berperang karena ketakutan terhadap kemampuan diri sendiri, merasa sudah cukup makmur meskipun menjadi pengkhianat bangsa karena menjadi antek-anteknya.

Umar Kayam berhasil menggambarkan betapa inferior-nya bangsa kita terhadap bangsa lain dalam Novelnya yang berjudul “ PARA PRIYAYI-PRIYAYI” dengan sangat sempurna. Kelas menengah ( baca : para priyayi ) bangsa Indonesia sebelum era 1945 merasa nyaman dan cukup menjadi masyarakat kelas tiga ( Setelah Belanda, China dan Pribumi ) di tumpah darah dan tanah airnya sendiri. ( seperti menjadi pembantu di rumah sendiri :pen ) . Mereka sudah cukup menjadi pangreh praja bangsa penjajahnya Mereka sudah nyaman dan tidak perlu melakukan perlawanan kepada sang pendatang yang kurang ajar ( Penjajah : pen). Bahkan mereka sangat bangga dengan kedudukannya. Mereka menyebut dirinya : PRIYAYI. Apabila kita sadar hal ini maka tidak heran jika BUDI UTOMO tidak berkembang sebagai motor kemerdekaan. BUDI UTOMO menjadi inspirator bukan menjadi tokoh utama dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Karena BUDI UTOMO didirikan oleh pegawai-pegawai yang digaji Belanda maka secara psikologis ada keterikatan dengan sang majikan. Perjuangan kemedekaan akhirnya dimotori organisasi yang anggotanya tidak ada hubungan imbal balik dengan Belanda serta cenderung bebas atau bahkan radikal. Organisasi ini seperti SDI, PNI, INDISCHE PARTIJ dsb. Orang-orang yang menjadi motor Organisasi diatas cenderung lebih bebas dan mempunyai karakter dan jatidiri yang kuat misal : H. Samanhudi, Agus Salim, Syafruddin Prawiranegara, Soekarno, Drs Moh Hatta, Mr Moeh Jamin, Sutan Syahrir dan Tan Malaka. Mereka sangat kuat karakter dan jatidirnya sehingga tak jarang penjara menjadi konsekuensinya. Mereka berani menderita demi cita-cita dan idealisme.

Kembali lagi ke LASKAR PELANGI, ditulis oleh ANDREA HIRATA berdasarkan kisah nyata perjalanan hidupnya. Namanya di dalam novel adalah Ikal sebagai anggota LASKAR PELANGI. Ikal diceritakan menuntut ilmu di sekolah Muhammadiyah yang sangat miskin. Sekolah ini sangat tertinggal jauh daripada dengan sekolah lain. Sekolah ini sudah jauh sekali kualitasnya dengan sekolah dasar negeri yang dibiayai pemerintah apalagi dengan sekolah yang dimiliki oleh PN TIMAH yang mirip Sekolah Elite yang menjamur di Kota-kota Besar saat ini, seperti Bumi dan Langit. Sekolah tersebut dihuni hanya oleh segelintir manusia tak lebih dari hitungan jari. Segerombolan Murid sekolah itu yang legendaris disebut dengan LASKAR PELANGI. LASKAR PELANGI ini beranggotakan sepuluh siswa miskin ( Ikal, Mahar, Syahdan, Samson, Trappani, A Kiong, Kucai, Lintang, Sahara dan Harun ).

Andrea Hirata menceritakan masing-masing tokoh dengan lugas. Tokoh-tokohnya mempunyai karakter dan impian masing-masing. Seperti tokoh si Samson yang sangat terobsesi akan tubuh macho, Kucai yang berbakat menjadi politkus, A Kiong yang berdarah seorang saudagar. Mahar yang terobsesi dengan citarasa seni yang tinggi. Bahkan, Tokoh Lintang yang meskipun merelakan untuk berhenti sekolah karena masalah ekonomi berani untuk bermimpi menjadi seorang ilmuwan. Lintang inilah yang memberi energi keberanian kepada sesama anggota laskar pelangi untuk bermimpi. Syahdan yang bermimpi menjadi penyanyi akhirnya menjadi programmer handal di masa tuanya.. Apabila jika kita bermimpi besar maka meskipun agak jauh meleset tetapi kita akan tetap besar ( dengan catatan usaha yang keras).

LASKAR PELANGI adalah contoh kecil saja dari pencarian jatidiri. Kita akan menjadi apa yang kita pikirkan. Maka berhati-hatilah dengan impian. Impian boleh jadi adalah mantera sakti dan jatidiri kita di masa depan kita. Suatu saat, Aku mengobrol dengan sahabatku ketika itu masih anak SD. Sahabatku mengatakan ingin menjadi mafia karena terobsesi dengan film mafia dan lingkungan rumahnya yang memang dipenuhi dengan penyakit masyarakat. Lingkungan yang dipenuhi dengan preman, peminum dan pemabuk yang pemalas. Maka, aku bertemu dengan sahabatku ketika kami sudah beranjak dewasa. Aku lihat dia menjadi seorang yang tak jauh dari impiannya, mata yang memerah, telinga yang ditindik dan teman-temannya yang preman. Meskipun dia tidak menjadi mafia . Paling tidak dia menjadi seorang yang layaknya seorang dengan sebutan “preman”. Kenyataan sekarang memang tak jauh beda dengan obsesi masa kecil meskipun masih dalam keadaan yang sama.

IMPIAN

Ketika kita masih di bangku TK. Guru kita bertanya : “ Anak-anak ingin menjadi apa kalau sudah besar?”. Serentak kita akan menjawab : “ Dokter, Insinyur, Tentara “. Jawaban yang paling populer di kalangan anak-anak saat itu. Era dimana Orde Baru berkuasa . Mereka jarang yang menjawab ingin menjadi pengusaha, seniman atau ilmuwan bahkan tak ada yang menjawab menjadi diri sendiri. Pola pikir mereka terkungkung ketiga bidang pekerjaan ini. Para guru pun puas dengan jawaban ini jika cita-cita si anak terkabul maka gengsi sekolah tersebut juga ikut naik apalagi ada yang sampai jadi jendral, kepala RS maupun pimpro proyek pembuatan jembatan atau pegawai perusahaan minyak yang levelnya world class. Ini tidak salah karena kesuksesan sebuah sekolah ada tiga indikatornya yaitu fasilitas sekolah yang lengkap, kegiatan ekstrakulikuler dengan anggaran yang besar dan mengangkat nama besar sekolah dan alumni yang sukses terutama yang berhasil di tiga bidang diatas. Setidaknya ini menurut andrea hirata dalam LASKAR PELANGI.

Prof Warkitri, dosenku di FKIP UNS menyatakan bahwa usia emas seorang anak ketika mereka berumur 0-5 tahun. Memori masa kecil itu akan terulang di masa remaja menjelang dewasa. Apabila di usia emas si anak menjadi pemarah maka di usia remaja akan tumbuh menjadi pemarah. seorang anak yang periang maka akan tumbuh menjadi seoang humoris. Anak kecil yang sering diintimidasi maka di usia remja akan tumbuh menjadi manusia yang tidak percaya diri atau menjadi manusia impulsive dan selalu berusaha mengintimidasi orang lain. Bocah yang suka berkuasa maka di usia remajanya akan tumbuh menjadi manusia mental penjajah. Demikian pula dengan cita-cita mereka, anak-anak akan menjadi apa yang mereka cita-citakan. Jika tidak kesampaian cita-citanya maka paling tidak akan menjadi obsesinya mereka. Obsesi yang kadang menyembul diantara perilaku keseharian mereka.

Demikian hebat pengaruh usia emas ( GOLDEN AGE ) kata bu dosenku. Memang benar, banyaknya pengangguran boleh jadi karena masa kecil kita dijejali dogma bahwa cita-cita mulia adalah menjadi Dokter, Insinyur atau Tentara. Banyak sekali manusia berprofesi insinyur di sekitar kita meskipun pembangunan Indonesia sedang macet. Mereka berambisi menjadi bagian dari institusi Negara maupun swasta untuk menunjukka eksistensi mereka. Di tengah-tengah kelesuan ekonomi, mereka tetap menginginkan pekerjaan itu terutama asing. Kita ( mungkin saya juga ) akan rela menjadi bagian kecil dari perusahaan yang keuntungannya akan mengalir ke luar negeri. Atas nama profesionalitas, Mereka dan aku sendiri tetap menginginkan itu ( pegawai perusahaan asing dan PNS ) tanpa melirik alternatif lain ( mis : wirausaha, pengusha kecil dsb). Akibatnya,, Aku dan kawan-kawanku sering menjadi korban ketika perusahaan itu lari lintang-pukang dari negeriku setelah mengeruk kekayaan negeri dengan alasan iklim investasi yang tidak kondusif ( alasan yang mungkin benar dan mungkin rekayasa). Akhirnya, kami menjadi barisan prajurit kalah perang. Kita tidak pernah melirik alternatif karena dalam otak kita terpatri sejak kecil bahwa menjadi ekor ikan paus lebih mulia daripada menjadi kepala ikan lele. Itulah dampak besar dari GOLDEN AGE kita.

Kita ambil contoh misalnya : Insinyur. Insinyur itu a dianggap pula sebagai avant garde pembangunan karena di tangan mereka pembangunan fisik berkembang pesat di negeri ini. Mungkin aku juga salah satu bagian mereka karena kebetulan lulus dari FT meskipuin tidak memakai gelar ir lagi. Tetapi, aku bukanlah avant garde. Aku memilih jalan lain. Seorang Insinyur terutama yang berasal dari jurusan teknologi industri ( teknik kimia, teknik industri, teknik informatika dsb) akan sangat berharap jika dapat diterima di perusahaan asing atau minimal BUMN. Sayangnya, aku tidak pernah mencoba mendaftar kesana. Aku mempunyai keinginan untuk menggali sesuatu di sekitar kita, maka aku bertahan dengan pilihanku yaitu mencoba kemampuan wirausaha dengan sahabatku ( www.ammaduq01.wordpress.com) sembari memberi peluang kepada teman-temanku mendapat uang tambahan untuk jajan mereka. Namun, aku juga masih menjadi pegawai kecil di sebuah institusi besar di kotaku. Jadi, aku mengalami dua dunia dalam satu episode kehidupanku yaitu : ”menjadi kepala lele” dan ” menjadi ekor hiu ” dalam waktu bersamaan.

Hidup memang sebuah pilihan. Semua pilihan tidak ada yang salah apabila kita bertanggung jawab dengan pilihan kita. Menjadi sesuatu yang buruk sekalipun, itu titik ekstrimnya. Tentu saja pilihan buruk bukan pilihan yang bijak. Aku hanya iingin menggambarkan begitu pentingnya jatidiri Hidup kita menjadi lebih bermakna ketika jatidiri sudah ditemukan. Jatidiri bagaikan harta karun yang terpendam jauh di bawah tanah. Jika sudah ditemukan maka kita tidak membutuhkan sesuatu yang lain lagi. Sperti dalam film ”National Treasure”. Pencarian harta karun yang sangat besar nilainya. Apabila kita telah menemukannya maka kita akan merasa cukup sampai tujuh turunan lagi. Begitu juga dengan dengan jatidiri maka jika telah ditemukan maka diriku tidak membutuhkan sesuatu yang lain di dunia ini. Aku akan merasa cukup dan tugasku hanya mempertahankan dan meningkatkannnya. Ketika orang lain bertanya ”Who are you? maka akan kujawab Yes, I am. Aku takkan menanyakan lagi”Who Am I ?”. Aku adalah siapapun. Aku adalah guru, dosen, pengusaha , pejuang, pejabat ataupun penjahat serta binatang jalang dan siapapun aku. Aku adalah aku.

Soekarno pernah berkata: ” mana dadamu , ini dadaku”. Itu adalah ungkapan percaya diri dari sebuah bangsa. Bangsa yang berdaulat atas dirinya baik secara implisit maupun eksplisit. Ketika kita merdeka maka bermakna kemerdekaan sesungguhnya bukan pemberian atau belas kasihan. Kemerdekaan adalah paduan Barokah dari ALLAH SWT melalui kesempatan yang diberikannya (vacuum of power) dengan perjuangan dengan tetesan darah dan keringat.

Pertanyaannya adalah : ”Are we a sovereign country?”. Jawabannya dapat diketahui dari rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia apakah sudah yakin dengan dirinya sendiri atau menjadi bebek saja dan korban mode bangsa lain. Atas nama Globalisasi dan Modernisasi. Kita mempunyai role model dari kemandirian yaitu Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka berdua adalah pembangun fondasi kemandirian. Siapa yang tak kenal Soekarno yang berani mengatakan ”Go to Hell America”. Aplagi Hatta yang anti kapitalis yang sosialis namun bukan komunis. Beliau peletak dasar Koperasi yang merupakan solusi tepat diantara kapitalis yang serakah dan sosialis yang kaku. Kita mungkin dapat dengan bangga bahwa ekonomi kerakyatan berasal dari Indonesia dan Hatta-lah peletak fondasi tersebut. Kita sudah memiliki icon dan mereka sudah meletakkannya tapi mengapa? Kita meninggalkan mereka.

Wallahu a’lam bi showwab

Dirgahayu Negeriku

Semoga Ibu Pertiwi Tak Menangis Meratapi Negeri

2 comments:

Anonymous said...

Laskar Pelangi udah,, AAC udah,,kayaknya mesti nambah nih,,KETIKA CINTA BERTASBIH,,,ma Pudarnya Pesona Cleopatra nih,,,hehehehe

Akur banget Zak, kepala lele n kepala hiu?

Anonymous said...

Sekedar ninggalin jejak aja deh... Bolehkan...?